Anita Dewi Astuti : Layanan Responsif Terhadap Pengelolaan Sosial Emosional Generasi Z

LAIN338 Views

Kotawates.com : Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Teknologi yang berkembang pesat ini telah menggeser banyak aspek kehidupan, terutama dalam merubah cara manusia berkomunikasi dan memperoleh informasi.

Perubahan kurikulum dan kebijakan pendidikan turut menjadi pendorong utama dalam mempengaruhi bagaimana pendidikan dilaksanakan. Dampak ini terasa terutama pada generasi muda, khususnya Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012.

Generasi Z tumbuh dan berkembang di tengah-tengah era digital yang mendominasi hampir setiap aspek kehidupan mereka. Kemudahan akses informasi melalui internet serta kemampuan menggunakan teknologi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk pendidikan, telah menjadi ciri khas generasi ini.

Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2023, lebih dari 80% Generasi Z di Indonesia mengakses internet setiap hari, terutama untuk kebutuhan sosial dan pendidikan.

Bagi Generasi Z, metode pembelajaran konvensional sering kali tidak lagi relevan. Perkembangan teknologi memberikan fasilitas bagi mereka untuk belajar secara mandiri maupun kolaboratif. Namun di balik kelebihan tersebut, muncul tantangan baru terkait dengan pengelolaan kesehatan sosial emosional mereka.

Maraknya kasus-kasus gangguan kesehatan mental, salah satunya disebabkan oleh kurangnya kemampuan individu dalam mengelola emosi, sehingga mendorong mereka terjerumus pada hal-hal negatif.

Terkadang untuk menghindari atau meredakan emosi negatif seperti depresi, kecemasan, dan stres, individu menggunakan smartphone. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 2022, penggunaan smartphone berlebihan, terutama di kalangan anak muda, memiliki resiko peningkatan depresi dan kecemasan.

Mereka beranggapan bahwa penggunaan smartphone dapat menghilangkan suasana hati yang tidak nyaman, tetapi terkadang justru sebaliknya. Penggunaan smartphone yang berlebihan dapat menimbulkan kecanduan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini mayoritas siswa telah memiliki smartphone, sehingga penting untuk memberikan layanan dengan pendekatan yang lebih interaktif agar mereka dapat menggunakan smartphone secara bijak.

Media sosial juga memberikan manfaat dalam berbagi informasi, tetapi sering kali turut berperan dalam membentuk persepsi diri yang berlebihan. Hal ini menyebabkan Generasi Z kerap merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi dalam hal akademis, kesuksesan sosial, dan karier masa depan.

Kondisi ini menjadikan pentingnya merancang sebuah layanan responsif yang sesuai dengan kebutuhan sosial emosional Generasi Z. Dalam hal ini, guru Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran sentral dalam memastikan kesejahteraan sosial emosional siswa.

Pendekatan yang dilakukan harus bersifat individual, dengan program yang dirancang sesuai dengan tantangan yang dihadapi setiap siswa. Selain itu, pengenalan terhadap latar belakang, gaya belajar, serta hambatan yang dihadapi siswa menjadi bagian tak terpisahkan dari layanan yang diberikan.

Meskipun Generasi Z tampak mahir dalam memanfaatkan teknologi, masalah kesehatan mental dan tekanan sosial yang mereka hadapi tidak boleh diabaikan. Perlu diketahui bahwa siswa yang mengalami gejala depresi, sebagian besar disebabkan oleh tekanan akademis dan penggunaan media sosial berlebihan.

Layanan responsif harus mencakup berbagai aspek perkembangan siswa, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Tanggung jawab ini tidak hanya berada di tangan guru BK, tetapi juga harus melibatkan guru mata pelajaran, orang tua, dan masyarakat.

Dukungan yang terintegrasi dari semua pihak diharapkan dapat membantu siswa dalam mengelola emosi mereka, membangun hubungan yang sehat, dan menjalani tugas perkembangan dengan lebih baik.

Salah satu strategi kunci dalam pelaksanaan layanan responsif adalah melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan konseling kolaboratif. Melalui diskusi terbuka dan pemecahan masalah bersama, siswa dapat belajar membangun empati dan kerja sama dengan sesama.

Konseling kelompok yang membahas isu-isu sosial dan emosional yang relevan, seperti kesehatan mental, kecanduan smartphone, dampak bullying, dan keberagaman, menjadi media yang efektif untuk membantu siswa mengelola emosi dan mempersiapkan mereka menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas.

Langkah awal yang dapat diambil untuk merespons kebutuhan sosial emosional siswa meliputi asesmen kebutuhan secara mendalam melalui observasi, angket, atau wawancara. Pendekatan ini akan membantu guru BK mengidentifikasi keterampilan sosial emosional yang perlu ditingkatkan pada masing-masing siswa.

Selain itu, pendekatan individual juga penting, mengingat bahwa setiap siswa memiliki pengalaman dan tantangan yang berbeda. Misalnya, beberapa siswa mungkin lebih membutuhkan konseling individu, sementara yang lain lebih cocok dengan konseling kelompok atau bimbingan klasikal.

Program layanan responsif yang dirancang harus mencakup pelatihan keterampilan sosial emosional, seperti pengenalan emosi, strategi coping yang efektif dalam menghadapi tekanan, serta keterampilan komunikasi dan manajemen konflik.

Beberapa pendekatan yang efektif dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan mengelola emosi adalah mindfulness dan terapi perilaku kognitif (CBT), yang membantu individu mengenali dan memodifikasi pola pikir serta perilaku yang memicu tindakan kompulsif.

Melalui pengembangan keterampilan regulasi emosi dan penerapan intervensi yang tepat, individu dapat menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan sehat secara mental.
Keberhasilan dalam menjalankan suatu program yang terfokus pada kesehatan mental dan pengelolaan emosi tidak terlepas dari dukungan semua pihak.

Pelibatan orang tua dan guru mata pelajaran juga menjadi elemen penting dalam layanan ini, karena mereka berperan dalam memberikan informasi serta dukungan tambahan di luar lingkungan sekolah. Dukungan keluarga yang berkelanjutan sangat penting dalam proses pengembangan emosional siswa.

Dukungan ini menjadi pijakan utama bagi siswa dalam menghadapi tekanan sosial dan akademis di era digital. Dukungan dari semua pihak menjadi sumber kekuatan bagi siswa Generasi Z dalam menghadapi tantangan sehari-hari.

Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan bahwa layanan responsif yang berfokus pada pengembangan karakter seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kemampuan bekerja sama sangat dibutuhkan. Pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, mental, emosional, dan sosial akan mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh.

Dengan demikian, layanan responsif terhadap pengelolaan sosial emosional Generasi Z adalah kebutuhan mendesak dalam dunia pendidikan saat ini. Jika diterapkan dengan baik, layanan ini akan menciptakan generasi yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan sosial emosional yang kuat untuk menghadapi tantangan masa depan.(Ditulis oleh Anita Dewi Astuti, Mahasiswa S3 Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed