Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka

BERITA1443 Views

Kotawates.com – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menggelar simulasi untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) selama 4 hari mulai Senin-Kamis (26-29/4/2021). Total ada 55 sekolah di 12 Kapanewon di Kulon Progo yang mengikuti simulasi tersebut.

Dengan simulasi yang diadakan selama 4 hari, Arif mengharapkan semua siswa akan merasakan secara langsung seperti apa pembelajaran tatap muka yang sudah tidak dijalankan sekitar setahun.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Kulon Progo, Arif Prastowo mengatakan, simulasi tersebut untuk mengecek sejauh mana kesiapan sekolah, mulai dari sarana Pradana protokol kesehatan, standar operasional prosedur, manajemen resiko dan hal lainnya. Dalam simulasi tersebut, pembelajarannya belum sepenuhnya sesuai dengan rekomendasi untuk Pembelajaran Tatap Muka. Durasi tatap muka bisa lebih singkat dan pihak sekolah bisa memakai waktu pembelajaran untuk menyampaikan informasi. Sekolah juga bisa membuka forum konsultasi disaat simulasi.

“Misal untuk siswa satu, bisa dipakai untuk orientasi tentang pembelajaran. Untuk kelas diatasnya, mungkin untuk forum konsultasi. Kalau memungkinkan ada materi yang disampaikan untuk anak ya silahkan disampaikan saja. Toh pembelajarannya tematik sehingga lebih luwes,” ucap Arif Prastowo, di Kulon Progo, Selasa (27/4/2021).

Dalam simulasi ini, diharapkan orang tua bisa bekerjasama, khususnya dalam hal penjemputan. Akan dilihat dimana titik penjemputan dan bagaimana protokol kesehatan yang diterapkan orang tua pada anaknya. Selain itu diharapkan kerjasama dari lingkungan terdekat dan juga satgas Covid-19 Kapanewon dan Kalurahan  untuk memantau bagaimana penerapan protokol kesehatannya.

Setelah Simulasi selesai, ungkap Arif, akan dilakukan evaluasi apakah pembelajaran tatap muka layak diterapkan atau tidak.

“Jika layak, maka bisa saja ditindaklanjuti dengan ujicoba pembelajaran tatap muka dengan durasi waktu yang lebih lama. Persis seperti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas yang rencananya akan dilaksanakan di bulan Juli mendatang. Tentu untuk ujicoba, harus ada komunikasi dengan gugus tugas,” ungkap Arif.

Sebelum menuju PTM terbatas, harus dipastikan kesiapannya, termasuk dengan manajemen resiko dari pihak sekolah. Sehingga jika terjadi sesuatu, maka sekolah tahu apa yang harus dilakukan dan semuanya cepat tertangani tanpa ada kebingungan.

Dalam simulasi ini, jelas Arif, setiap sekolah bisa berbeda-beda. Namun prinsipnya tetap maksimal 50 persen kuota maksimal.

“Setiap sekolah silahkan menentukan sendiri bagaimana masuknya, apakah hari ini kelas satu, dua dan tiga atau bagaimana silahkan saya. Yang penting itu 50 persen maksimal.,” Ungkap Arif.

Sementara itu, salah seorang orang tua wali siswa, Evi Indrawati, (40) mengaku senang dengan simulasi pembelajaran tatap muka tersebut. Warga Margosari ini menilai, anak Indonesia akan lebih siap untuk pembelajaran tatap muka. Mereka lebih butuh berinteraksi langsung dengan guru, teman dan juga belajar secara langsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

“Anak-anak kan disekolah tidak hanya pendidikan, namun juga sosialisasi dengan teman sebaya yang tidak bisa didapat jika belajar dirumah,” tuturnya.

Evi menjelaskan, berdasarkan cerita anaknya, protokol kesehatan sudah diterapkan dengan baik disekolah. Saat masuk di cek suhunya, cuci tangan dan tidak bersalaman dengan guru. Selain itu anak juga tidak boleh berkerumun dan bermain dahulu dengan temannya.

“Saya juga menerapkan protokol kesehatan. Saat anak saya berangkat, saya siapkan Hand Sanitizer. Sebelum duduk ya disemprot dulu meja dan kursinya dengan hand sanitizernya. Saat pulang kerumah harus juga harus cuci tangan, ganti baju dan baju yang dipakai langsung masuk cucian,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *