Bulan Suro, Bersih Pusaka

BERITA1309 Views

kotawates.com – Awal Bulan Suro pada penanggalan tahun Jawa, cukup banyak dimanfaatkan untuk membersihkan pusaka peninggalan leluhur atau barang lainnya yang dikeramatkan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh keluarga generasi ke-4 keturunan Ki Darma Gati di Pedukuhan Klebakan, Kalurahan Salamrejo, Kapanewon Sentolo. Secara turun temurun selama empat generasi, dilakukan jamasan kitab lontar Kalimasada peninggalan leluhurnya.

Dari ceritanya, Kitab lontar Kalimasada tersebut, merupakan pemberian Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VII kepada Ki Darma Gati sebagai hukuman. Ki Darma Gati tidak mampu mendapatkan macan permintaan sang raja yang akan diikutkan di aduan hewan yang digelar di Kraton Yogyakarta pada zamannya.

Sesepuh Keluarga Generasi ke empat Ki Darma Gati, R Sukaryono mengatakan, karena tidak mampu mendapatkan Macan, maka kemudian Ki Darma Gati menggunakan kemampuannya untuk merubah ikat kepala menjadi seekor macan yang akan diikutkan untuk adu hewan.

“Saat diadu macan itu akhirnya kalah dan kembali ke wujud kain ikat kepala. Hal itu kemudian menimbulkan kemarahan punggawa kerajaan yang menyaksikan. Namun dengan kebijaksanaan Sri Sultan HB VII, Ki Darma Gati dipercaya menjaga kitab lontar Kalimasada milik Kraton Ngayogyakarta. Cerita menjadi kisah turun temurun sejak kakek hingga bapak saya. Begitu adanya,” ucap R Sukaryono, usai jamasan kitab lontar Kalimasada pada Rabu (11/08/2021).

Sedangkan untuk proses jamasan, dimulai dengan membuka kotak yang menjadi tempat penyimpanan kitab lontar. Setelah dikeluarkan dan diletakkan di atas bantal khusus, kitab lontar perlahan dibuka. Setelah itu, setiap halaman kitab lontar yang berusia lebih dari 100 tahun diolesi minyak khusus oleh keturunan Ki Darma Gati maupun warga setempat.

Keunikan dari kitab lontar tersebut adalah jumlah halaman yang berbeda setiap kali jamasan. Jumlah halaman bisa lebih banyak atau lebih sedikit.

“Tahun lalu ada 59 daun lontar. Sedangkan tahun ini, ada 65 daun lontar,” tutur R Sukaryono.

Dia menambahkan, isi dari kitab lontar tersebut berkaitan tentang pemerintahan yang baik. Hal itulah yang menurut cerita menjadi salah satu acuan saat presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno merumuskan Pancasila.

Namun karena dalam masa Pandemi Covid-19, proses jamasan kitab lontar Kalimasada sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Proses jamasan tidak diikuti Keturunan yang berlokasi jauh agar tidak menimbulkan kerumunan.

Sedangkan, Lurah Salamrejo, Dani Pristiawan mengatakan, Pihaknya berusaha untuk membentuk tim khusus yang akan menyusun kajian sejarah baku atas asal mula kitab lontar Kalimasada tersebut.

“Kami berupaya menggandeng sejumlah lembaga sekaligus menyampaikan usulan pada instansi terkait agar rencana tersebut bisa terwujud,” ungkapnya.(hrn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *